Potensi Wisata Magelang Desa Ngawen di Masa Mendatang
Potensi Wisata Magelang Desa Ngawen di Masa Mendatang
Kabupaten yang memiliki banyak gunung ini menyimpan banyak tempat wisata yang mulai dilirik oleh wisatawan. Terutama setelah beberapa lokasi dijadikan sebagai tempat shooting beberapa film yan meledak di pasaran. Ditambah lagi karena lokasinya yang berdektatan dengan Yogyakarta, yang membuat banyak orang tak melewatkan kesempatan untuk mampir ke Magelang.
Magelang merupakan satu-satunya wilayah yang dikelilingi lima gunung. Gunung-gunung tersebut adalah Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, dan Sumbing, itulah yang membuatnya dijuluki Maha Gelang (gelang raksasa). Dan berikut merupakan tempat wisata di Salah satu Desa di Muntilan Magelang yaitu Desa Ngawen.
Desa Ngawen merupakan desa yang memiliki 10 dusun, diantaranya adalah Dusun Ngawen, Kolokendang, Kemiriombo, Kesaran, Clapar, Citromenggalan, Judah, Jetis, Gejayan, Nganten. Potensi di desa Ngawen yaitu Jurug Sendang Manis (Dusun Kolokendang), Kali Blongkeng dan Batu Pengantin (Dusun Kesaran), Doran(gagang cangkul) yang dibuat oleh masyarakat di dusun Clapar.
Sejarah desa Ngawen berdasarkan asal usul kata dari “Ngawe-awe” (melambaikan tangan) karena sifat dari masyarakat desa yang ramah dan menghormati satu samalain, sehingga kebiasaan menyapa dan melambaikan tangan setiap bertemu dengan masyarakat lain, sehingga hal tersebut menjadi suatu budaya yang ada di masyarakat. Oleh karena keramahtamahan dan sifat gotongroyong yang ada di masyarakat, desa tersebut dinamakan Ngawen.
Desa Ngawen sendiri mulai dikenal sebagai desa Wisata dengan penduduk yang sebagian besar bertani dan dikenal ramah. Diwilayah desa Ngawen yaitu dusun Kolokendang sebagian dulu dusun ini adalah dusun pandai besi dan juga petani, didusun ini terdapat makam pahlawan yaitu Lettu Tukiyat, ia gugur waktu perang melawan Belanda, dusun ini juga mempunyai sumber mata air yang tidak pernah kering sekalipun musim kemarau panjang.
Sedangkan didusun Clapar sebagian besar juga petani, pedagang dan juga pengrajin tangkai cangkul dimana dulunya daun cangkul dibuat oleh pandai besi di dusun kolokendang. Didusun Ngaten selain bertani penduduk dusun ini juga dikenal karena memiliki transportasi tradisonal yaitu dokar/delman yang sebagian besar masih beroperasi sebagai sarana transportasi sampai saat ini.
Desa Ngawen adalah desa yang masih mempertahankan kesenian daerah yaitu:
- Jathilan atau seperti kudalumping, kesenian ini turun temurun masih dipertahankan dan didusun Kemiriombo dan Kesaran biasanya dihari libur dan acara2 besar sering dipentaskan. Seiring dengan dicanangkanya Desa Ngawen sebagai Desa Wisata, sejak itu banyak dusun-dusun yang menghidupkan kembali kesenian kuda lumping.
- Setelah Dusun Kesaran dan Kemiriombo , menyusul Dusun Clapar dan Dusun Citromenggalan yang kembali menghidupkan kesenian tradisional kuda lumping. hal ini dapat menambah potensi desa guna mengangkat Desa Wisata yang sejahtera. Desa ini juga menjunjung tinggi keaneka-ragaman baik dalam membangun kerukunan antar umat beragama dan semangat gotong-royong yang masih terasa dalam kehidupan sehari-harinya.
Candi Ngawen
Candi Ngawen berada di kecamatan Muntilan, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Candi Ngawen merupakan candi Budha peningalan dinasti Saylendra. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya arca Dhyani Buddha Ratnasambhawa di Candi II dan arca Dhyani Buddha Amithaba di candi IV. Berdasarkan gaya arsitektur bangunannya, Candi Ngawen dibangun sekitar abad IX-X Masehi dan termasuk candi peralihan dari agama Hindu ke Buddha ini dibangun oleh Raja Simaratungga dari Dinasty Syailendra(Hindu) dan Rakhai Pikatan dari dinasti Sanjaya (Buddha).
Candi Ngawen berlokasi ] disebelah selatan kota Kecamatan Muntilan ± 3 (tiga) kilometer dan dapat ditempuh dengan kendaraan kurang lebih 10 menit dari jalan Pemuda Muntilan.
Keunikan yang berada pada candi Ngawen adalah keberadaan buah arca singa disetiap sudut candi II dan IV, yang memiliki arti bahwa singa-singa tersebut dilambangkan sebagai penangkal roh jahat. Komplek Candi Ngawen terdiri dari lima (5) buah candi yang berderet sejarah dari Utara ke Selatan. Bangunan kelima candi ini menghadap kearah timur dan berdenah bujur sangkar. Relief pada candi Ngawen memiliki relief yang berbentuk kirana-kinari yang memiliki pesan moral untuk menghibur dewa di khayangan. Candi Ngawen ini telah mengalami pemugaran pada tahun 1927 sehingga dengan dilakukannya pemugaran, candi ngawen memiliki komponen yang paling lengkap.
Candi Ngawen tergolong unik karena dibagian dalam terdapat patung Budha sedangkan bangunan candi itu sendiri bangunan candi Hindu seperti candi Prambanan. Meski belum sepopuler Candi Borobudur dan Candi Mendut yang hanya berjarak belasan kilometer saja. Tapi Candi Ngawen berpotensi kedepannya akan menarik banyak pengunjung.
Kunjungan wisatawan ke Candi Ngawen masih tergolong sedikit dibanding Candi Borobudur dan Candi Mendut. Setiap hari, rata-rata 15-20 wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang datang. "Oleh karena perlunya pihak yang berkomitmen untuk mengelola aset Candi Ngawen, demi melestarikan cagar budaya, serta perkembangan pariwisata.
Kerajinan Tangkai Cangkul
Cangkul adalah satu jenis alat tradisional yang digunakan dalam pertanian. Cangkul digunakan untuk menggali, membersihkan tanah dari rumput ataupun untuk meratakan tanah. Dalam sejarahnya cangkul atau orang jawa biasa menyebutnya ‘pacul’ ini ternyata mengandung nilai-nilai filosofis yang patut kita ketahui. Dalam kisah wejangan Kanjeng Sunan Kalijaga kepada Ki Ageng Sela, Pacul atau cangkul itu terdiri dari 3 komponen yang tak terpisahkan. Ketiga komponen tersebut adalah: PACUL (bagian yang tajam untuk mengolah lahan pertanian), BAWAK (lingkaran tempat batang doran), dan DORAN (batang kayu untuk pegangan cangkul).
Dusun Clapar merupakan dusun pengrajin “ Doran “ yaitu garan Cangkul yang bahanya dari pohon Aren atau Kolang-kaling. Dusun Clapar terletak di tengah tengah Desa Ngawen yang sebagian besar penduduknya sebagai pengrajin doran yang turun-temurun. Pembuatannyapun tergolong unik karena mereka membuat doran tanpa sketsa tapi bentuknya bisa sama persis dari ukuranya, lekuk dan bentuk dari ujung sampai pangkalnya.
Itu merupakan nilai tersendiri yang dimiliki Desa Ngawen, bakat yang sudah turun temurun sejak dahulu, yang membuat Desa Ngawen terkenal sampai saat ini.
Transportasi Tradisional Andong
Andong merupakan sarana transportasi masyarakat desa Ngawen berupa kendaraan roda dua yang ditarik oleh seekor kuda sebagai sarana transportasi asli yang sudah ada di desa Ngawen sejak jaman penjajahan Jepang dan dikelola secara turun temurun dari suatau keluarga yang ada dusun Nganten desa Ngawen.
Sampai saat ini andong masih merupakan sarana transportasi yang digunakan oleh masyarakat desa Ngawen untuk ke pusat kota kecamatan, ke pasar dan sering digunakan sebagai sarana pawai dalam beberapa acara seperti khitanan masal, arak-arak mustoko dan acara masal lainya. Masih diperlukan kesadaran masyarakat terhadap transportasi tradisional ini. Mungkin kedepannya bisa dibuat wisata dimana kita menaiki andong dan dibawa mengelilingi Desa Ngawen.
Showroom
Show Room yang dibangun rencananya untuk menampung dan memasarkan hasil usaha kecil dari warga yang ada di desa Ngawen dan sekitarnya, untuk sekarang masih terbilang sepi pembeli dan penjual yang menampung hasil karya ataupun produk olahan mereka disini jadi masih perlu banyak sentuhan-sentuhan dan pembenahan serta suntikan modal untuk operasionalnya.
Hal tersebut kedepan bisa dijadikan salah satu unit usaha untuk menopang berdirinya BUMDesa yang akan segera direalisir pembentukannya oleh Musyawarah Desa untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan menambah Pendapatan Asli Desa Ngawen.
Berternak Bebek
Masyarakat Desa Ngawen yang sebagian besar penduduknya petani juga sebagai peternak bebek tradisionla yang tersebar di semua dusun desa ini. Mereka pelihara bebek dengan cara di ngon yaitu dilepas ditempat pangonan di sawah-sawah yang habis dipanen secara berkelompok dan berpindah-pindah dari satu lokasi kelokasi yang lain dan setelah kenyang dibawa pulang kekandang masing-masing.
Biasanya bisa menemui mereka sehabis ashar. karena waktu itu merupakan waktu yang cocok untuk ngon bebek disawah dan karena mayoritas petani sudah pulang, sehingga para perternak diizinkan untuk melepas bebeknya disawah mereka yang sudah usai panen.
Kebun Bambu
Desa Ngawen juga masih banyak memiliki kebun-kebun bambu alami yang tersebar di setiap dusun, aset tersebut harus mendapat perhatian dari pemerintah baik pemerintah desa maupun pemerintah kabupaten agar kelak bisa menambah daya tarik tersendiri.
Bambu merupakan aset yang sangat besar untuk menambah pendapatan warganya apabila dikelola dan dimanfaatkan secara optimal sebagai bahan kerajinan, soufenir tentunya dengan bimbingan dan pelatihan yang di berikan oleh pemerintah dan dikelola secara baik dan benar.
Tempat Pemancingan Alami
Dibagian timur wilayah desa Ngawen terdapat kali yang membelah dari utara sampai selatan yaitu kali Kebo yang selama ini dimanfaatkan sebagai pengairan saja dan bahkan kesadaran penduduk tentang kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah masih kurang sehingga kali-kali yang ada sering digunakan sebagai tempat untuk membuang sampah.
Kali Kebo selama ini juga sebagai tempat pemancingan alami oleh masyarakat, cuman sayangnya masih ada orang yang tidak bertanggungjawab mencari ikan dengan di setrum. Jika kedepannya masyarakat mau mengelola tempat ini sebagai wisata memancing alami, bisa saja akan menarik pengunjung yang hobi memancing untuk datang ke Desa Ngawen
Bumi Perkemahan
Dengan adanya bumi perkemahan ‘Wana Pertiwi’ yang terletak di Dusun Kemiriombo dan berada di sekitar persawahan berada dipinggir Kali Blongkeng akan membuat wisatawan semakin tertarik mengunjungi Desa Ngawen.
Masih banyak lagi potensi yang tersimpan di desa yang dihuni 1.843 kepala keluarga ini. Beberapa di antaranya adalah Sendang Manis di Dusun Citro. Yang konon katanya air di sendang atau kolam pemandian ini memiliki rasa yang manis. Karena, kolam ini adalah petilasan Kyai Raden Santri yang digunakan untuk berwudhu.
Terlebih lagi Tempatnya yang dekat dengan sungai Blongkeng, yang saat ini digunakan sebagai arum jeram, dan sekitarnya yang digunakan sebagai bumi perkemahan. dan yang menurut berita bahwa akan dibangunnya bandara di kulon progo, mungkin kedepannya akan lebih banyak wisatawan asing yang berkunjung dan menikati indahnya Desa Ngawen.
Tinggal bagaimana kita menjaga dan melestarikan, serta juga mewujudkan potensi potensi yang bisa tumbuh di Desa Ngawen ini.
Posting Komentar untuk "Potensi Wisata Magelang Desa Ngawen di Masa Mendatang"